Bahtera rumah tangga dijalani bersama suami istri atas landasan ridlo Allah Ta’ala, diikat dengan tali kasih sayang, membiasakan kejujuran, saling mencintai dengan hakiki, dan kasih sayang yang tak terelakkan. Masing-masing tidak akan merasakan nyaman bila tak berdekatan, terkecuali bila keduanya memiliki watak serta tabiat yang berseberangan.
Dikisahkan dalam sebuah rumah tangga, seorang suami yang sangat tenang, penuh kasih sayang dan perhatian serta kemarahan yang tertahan walau bahaya badai menghadang dalam keadaan yang sangat menantang. Namun sebaliknya seorang istri yang kurang bersabar, amarah yang selalu berkoar meskipun masalah tak sukar untuk diselesaikan.
Suatu hari, suami istri itu melakukan perjalanan dengan kapal laut. Ketika sudah mengarungi lautan luas, tiba-tiba kapal itu mendapat ancaman bahaya. Angin bertiup kencang, ombak besar menghantam lambung kapal hingga banyak air yang masuk ke dalamnya. Seluruh penumpang merasa khawatir dan ketakutan dengan keselamatan perjalanan mereka. Nahkoda pun memberitahukan lewat pengeras suara bahwa keselamatan penumpang bersama tinggal menunggu mukjizat Allah ‘Azza wa Jalla.
Di saat seperti itu, si istri tidak bisa menguasai rasa emosi dirinya, lalu berteriak kepada semua orang, “Kalian tidak tahu apa yang harus diperbuat! Apa yang harus kalian lakukan untuk menyelamatkan diri?, Lakukanlah!!”. Merasa puas meluapkan rasa emosi, si istri bergegas menemui suaminya dan berharap memberikan jalan keluar menghadapi masalah dalam kapal yang semua penumpang telah panik. Si istri pun terkejut setelah mendapati suaminya yang merasa tenang, nyaman dengan situasi yang genting. Seperti biasanya si istri pun semakin marah seraya mengatakan bahwa suaminya orang yang tidak mau tahu atau tak peduli dengan keadaan serta nasib mereka yang sangat dekat dengan kematian.
Sesaat kemudian, suaminya menatap tajam mata istrinya dengan muka tenang, lalu mengambil sebuah balok kayu dan langsung diletakkan di atas kepala istrinya seraya berkata dengan serius dan suara parau, “Takutkah kamu dengan balok kayu ini yang akan saya pukulkan di kepalamu?” Si istri menatap dengan tajam seraya menjawab, “Tidak”. “Kenapa kamu tidak takut sedikitpun?” Tanya suami selanjutnya. “Karena balok kayu itu berada di tangan orang yang saya percaya dan saya sangat mencintainya” jawab si istri dengan yakin.
Suaminya pun tersenyum dengan penuh kasih sayang, seraya berkata mesra kepada istrinya, “Begitu juga dengan saya sendiri, sama seperti dirimu yang khawatir dengan keadaan. Namun saya tidak cemas dan takut dengan ombak besar yang bergulung-gulung, angin laut yang datang berduyun-duyun, sebab saya tahu bahwa angin laut dan ombak besar itu berada di tangan (kekuasaan) Dzat yang saya yakini, yang saya cintai, yang saya selalu mengabdi. Jadi, saya tidak perlu khawatir dan takut sedangkan semuanya dalam genggaman dan kehendak Dzat yang maha kuasa atas segala sesuatu?!”.
Tak terasa air mata si istri mengalir pelan dari kedua matanya dan diseka dengan tangan kanannya seraya mengatakan pada suaminya, “Terimakasih suamiku, engkau telah meluluhkan hatiku yang membatu, amarah yang sangat parah, dengan nasehat yang bermanfaat.”
Ingatlah, bila kita menghadapi berbagai gelombang yang mengancam kehidupan, angin bertiup sangat kencang, semua menerpa kita semua, jangan takut! Allah Maha Penyayang, Allah Maha Kuasa atas segalanya, Allah Maha Tahu dengan keadaan kita yang lebih baik daripada pengetahuan diri kita sendiri.
Dia telah menentukan masa depan kita yang sama sekali tidak kita ketahui. Dialah Dzat yang Maha Mengetahui segalanya, baik yang nampak atau yang samar. Bila kita mencintai-Nya, mempercayai-Nya, tekun beribadah kepada-Nya, maka serahkanlah urusan sesulit apapun kepada-Nya. Sungguh kita tahu, Dia Maha Pengasih kepada hamba-hamba-Nya.
Wallahu A’lam.[]
Dikisahkan dalam sebuah rumah tangga, seorang suami yang sangat tenang, penuh kasih sayang dan perhatian serta kemarahan yang tertahan walau bahaya badai menghadang dalam keadaan yang sangat menantang. Namun sebaliknya seorang istri yang kurang bersabar, amarah yang selalu berkoar meskipun masalah tak sukar untuk diselesaikan.
Suatu hari, suami istri itu melakukan perjalanan dengan kapal laut. Ketika sudah mengarungi lautan luas, tiba-tiba kapal itu mendapat ancaman bahaya. Angin bertiup kencang, ombak besar menghantam lambung kapal hingga banyak air yang masuk ke dalamnya. Seluruh penumpang merasa khawatir dan ketakutan dengan keselamatan perjalanan mereka. Nahkoda pun memberitahukan lewat pengeras suara bahwa keselamatan penumpang bersama tinggal menunggu mukjizat Allah ‘Azza wa Jalla.
Di saat seperti itu, si istri tidak bisa menguasai rasa emosi dirinya, lalu berteriak kepada semua orang, “Kalian tidak tahu apa yang harus diperbuat! Apa yang harus kalian lakukan untuk menyelamatkan diri?, Lakukanlah!!”. Merasa puas meluapkan rasa emosi, si istri bergegas menemui suaminya dan berharap memberikan jalan keluar menghadapi masalah dalam kapal yang semua penumpang telah panik. Si istri pun terkejut setelah mendapati suaminya yang merasa tenang, nyaman dengan situasi yang genting. Seperti biasanya si istri pun semakin marah seraya mengatakan bahwa suaminya orang yang tidak mau tahu atau tak peduli dengan keadaan serta nasib mereka yang sangat dekat dengan kematian.
Sesaat kemudian, suaminya menatap tajam mata istrinya dengan muka tenang, lalu mengambil sebuah balok kayu dan langsung diletakkan di atas kepala istrinya seraya berkata dengan serius dan suara parau, “Takutkah kamu dengan balok kayu ini yang akan saya pukulkan di kepalamu?” Si istri menatap dengan tajam seraya menjawab, “Tidak”. “Kenapa kamu tidak takut sedikitpun?” Tanya suami selanjutnya. “Karena balok kayu itu berada di tangan orang yang saya percaya dan saya sangat mencintainya” jawab si istri dengan yakin.
Suaminya pun tersenyum dengan penuh kasih sayang, seraya berkata mesra kepada istrinya, “Begitu juga dengan saya sendiri, sama seperti dirimu yang khawatir dengan keadaan. Namun saya tidak cemas dan takut dengan ombak besar yang bergulung-gulung, angin laut yang datang berduyun-duyun, sebab saya tahu bahwa angin laut dan ombak besar itu berada di tangan (kekuasaan) Dzat yang saya yakini, yang saya cintai, yang saya selalu mengabdi. Jadi, saya tidak perlu khawatir dan takut sedangkan semuanya dalam genggaman dan kehendak Dzat yang maha kuasa atas segala sesuatu?!”.
Tak terasa air mata si istri mengalir pelan dari kedua matanya dan diseka dengan tangan kanannya seraya mengatakan pada suaminya, “Terimakasih suamiku, engkau telah meluluhkan hatiku yang membatu, amarah yang sangat parah, dengan nasehat yang bermanfaat.”
Ingatlah, bila kita menghadapi berbagai gelombang yang mengancam kehidupan, angin bertiup sangat kencang, semua menerpa kita semua, jangan takut! Allah Maha Penyayang, Allah Maha Kuasa atas segalanya, Allah Maha Tahu dengan keadaan kita yang lebih baik daripada pengetahuan diri kita sendiri.
Dia telah menentukan masa depan kita yang sama sekali tidak kita ketahui. Dialah Dzat yang Maha Mengetahui segalanya, baik yang nampak atau yang samar. Bila kita mencintai-Nya, mempercayai-Nya, tekun beribadah kepada-Nya, maka serahkanlah urusan sesulit apapun kepada-Nya. Sungguh kita tahu, Dia Maha Pengasih kepada hamba-hamba-Nya.
Wallahu A’lam.[]
Source : http://bersamadakwah.net/
0 Response to "Kisah Cinta Ketika Kapal di Ujung Bahaya"
Post a Comment